Postingan

Ayo Wisuda

(Puisi untuk sang pejuang gelar Sarjana di belakang namanya, dimanapun kamu berada, yang  gelisah, penuh  resah, dan pasti banyak keluh kesah. Simaklah persembahan sederhana dan mungkin bisa jadi luar biasa) Setelah sekian lama bertahan dalam kebosanan peraturan dalam perkuliahan. Semakin resah karena jumlah tahun menunjukkan waktunya untuk berpisah. Ditambah, semua teman sudah lebih dahulu menyelesaikan ujian terakhir membuat karya tulis ilmiah. Melihat semua itu, benarkah rasanya seperti ingin ‘Kembali ke Rahim Ibunya’ atau berlari seperti kuda binal ‘biar peluru menembus kulitku’ hingga ke ujung dunia dan meloncat ke ruang tanpa nama? Tenang, kamu tidak sendirian. Masih ada yang lain selevel denganmu. Mereka berjalan beriringan dengan sadar walau sedikit tidak sabar. Memandang satu titik sama sebagai tujuan. Berusaha untuk berlari secepat-cepatnya dengan sisa tenaga, tanpa menoleh, terus melihat ke depan, bahkan tak melirik sesentipun, sampai lupa bahwa itu usaha lari dari kenya

Empat Generasi Berbeda (4GB)

Empat Generasi Berbeda Oleh: Iffa Sarah Fatehah*             “Ayoo, kalo kakak bisa ngalahin aku, bakal aku traktir makan bakso,” dengan semangat 45 rasa menantang mulai muncul. Raket andalanku, mampu melambungkan kok setinggi 3 meter bergerak parabola.             “Hahaha, oke siap, jangan lupa janjimu Gun!” tantang balik kakak cantik sebagai lawan main badminton pagi ini.             Keasyikan olahraga bersama memang sudah menjadi kebiasaan kami. Halaman depan rumah pun terasa ramai walau hanya ada berdua yang menguasai wilayahnya. Diantara kami berdua tak pernah mau saling mengalah satu sama lain, padahal jarak umur hampir 7 tahun. Tetap saja keluarga kecil dengan dua anak ini tidak sempurna tanpa adanya manusia-manusia yang kratif seperti kami. Tapi kuakui aku ndableg dalam pelajaran sekolah.             3 kali sekmen pertandingan bulutangkis telah terlalui, sampai bersisa kelelahan dan kepuasan –yang puas hanya kakak-. Ternyata percaya diri di awal kadang tak berarti

Bersatu dalam Ragam Variasi

Bersatu dalam Ragam Variasi Indonesia adalah Negara yang sangat bervariasi. Jumlah pulau dan penduduk adalah beberapa hal yang mempengaruhinya. Seperti kehiduan kita saat ini, dikelilingi orang yang berasal dari berbagai daerah. Lahir di atas tanah air Indonesia tercinta namun dari berbagai wilayah yang berbeda. Keluasan wilayah membentuk variasi yang berbeda di setiap daerah di Indonesia. Hal yang mencakup variasi kehidupan tidak hanya muncul dari lingkup makro seperti Negara Indonesia. Lingkup kecil sekalipun memiliki variasi yang tidak sedikit.             Sebagai lingkup yang mudah kita lihat adalah IAIN Tulungagung. Kampus perguruan tinggi besar yang tedapat di Tulungagung. Terlihat banyak variasi pada individu satu dengan lainnya. Mulai dari asal daerah sampai logat bicara atau gaya dan cara seseorang berbicara warga IAIN Tulungagung. Apakah asal daerah mempengaruhi logat bicara? Ya, tidak dapat dipungkiri bahwasanya seseorang dari suatu daerah berbeda logat bicaranya dengan

Guru Mengajar Setengah Sadar, Murid Belajar Tanpa Kesadaran

Guru Mengajar Setengah Sadar, Murid Belajar Tanpa Kesadaran Dunia pendidikan menjadi dimensi utama dalam pembentukan karakter bangsa. Pemupukan karakter terjadi pada saat individu melakukan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, walaupun tidak secara keseluruhan. Personel sekolah yang berperan aktif menghadapi calon generasi bangsa (baca: peserta didik) adalah guru. Guru memiliki peran utama sebagai pembentuk karakter tesebut. Profesi mulia seorang guru menentukan masa depan bangsa, sehingga guru yang sadar (perannya) akan memajukan nagara.             Menurut Pulias dan Young, Manan, serta Yelon dan Weinstein terdapat 19 peran guru dalam pembelajaran. Bukan hanya dalam kelas, namun memiliki peran pula ketika di luar kelas. Sangat banyak peran yang diemban seorang guru untuk menciptakan generasi yang berkualitas. Oleh karena itu, kesadaran pengajar akan perannya pada bangsa dan Negara patut untuk diterapkan dalam jiwa.             Dewasa ini, masih banyak guru yang meng